Suara Angin

Aku sering mendiami angin selepas ashar, sehingga aku siap menghadapi dinginnya malam
‘Kamu sering terdiam menatap awan dan melompat sekenanya,mengapa?’ | 'Aku ingin menggugurkan pikiranku akan kamu’
Membiasakan diri akan kelenggangan senja agar tak ditelan kelengangan malam
Kita sama, sama sama terbuai dalam angan yang memfanakan
Aku diam, tak berkata dan itu justru berarti jutaan kata
Karena dalam diam kita mengelana, menyusuri sudut sudut semesta yang kita kenangkan
Harapan itu seperti saat aku melihat kamu dalam temaram
Belum berharga sebelum kamu merangkai dan mengukirnya
Melukis dan mengisi bingkainya
Dan bersama kita pajang dalam bahtera hati kita
Aku berjalan dalam dalam menyusuri jalinan kemungkinan yang terbelit
Berharap dengan baik dan menetapkan kamu
Sebuah tujuan laksana mega dikesunyian tepi malam
Sehingga selalai lalainya, badanku masih mengarah baik
Seperti seorang nahkoda dalam akal berpijak pada kompasnya
Kini aku lebih sering merenungi bintang yang kian menjauh
Mereka hanya diam, aku telah terbiasa dengan senyap
Dengan suara jangkrik yang berpadu harmonis
Karena sepertinya dengan itu rasa kesendirian ini luluh
Dalam hidup tidak ada sendiri, kita hidup dengan semesta yang benaung di mayapada...




Komentar