Remaja 56 - Introspeksi Anak Salah Asuh dan Salah Gaul
Ketika melihat
tivi, ada selingan iklan. Muncul balita sebagai model salah satu produk susu
bayi, bilang ‘I love you, Mom!’Ihh…gemes
banget. Pernah nggak sih kamu bilang ke ortumu kayak gitu? Hmm.. jangan-jangan tiap
hari malah berantem mulu, kali ye. Uppss, kamu bukan tipe anak durhaka kan?
Semoga.
Banyak banget
kejadian di sekeliling kita yang memberi contoh jelek, terutama perlakuan
terhadap ortu. Dan yang paling parah adalah perlakuan buruk terhadap sosok ibu.
Mulai berani membangkang terhadap perintahnya, membentak, hingga memukul ibu
secara fisik. Hanya karena uang saku kurang, seorang anak bisa tega membentak,
memarahi, bahkan memukul ibunya. Durhaka betul nih bocah. Belum lagi hanya
karena ibunya berpendidikan lebih rendah dari dirinya, anaknya jadi malu
mempunyai ibu yang bodoh. Naudzubillahi
min dzalik.
Maraknya
program tivi semisal Derap Hukum, Fakta, Brutal, Buser, Sergap dan
tayangan sejenis lainnya, banyak sekali mengisahkan kejadian tragis seorang anak
yang tega membunuh ortu kandungnya sendiri. Belum lagi bila kita perhatikan
sekeliling kita, penuh dengan kejadian seperti itu di depan mata. Kenapa sih
bisa muncul hal-hal yang tidak wajar seperti ini? Bukankah ortu adalah orang
pertama yang harus kita hormati setelah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya?
Salah Asuh dan salah gaul
Eits…ini bukan
judul roman yang ditulis oleh Marah Rusli itu lho. Salah asuh adalah pola didik
salah yang diterapkan orangtua kepada anak. Ada atau bahkan banyak orangtua
yang ketika menikah, belum siap menjadi orangtua. Menjadi seseorang yang kelak
akan dipanggil ibu, mama, ummi, bunda atau sebutan apa pun bagi seseorang yang
telah melahirkan kita. Begitu juga dengan sebutan bapak, ayah, papa, abi atau
apapun sebutannya bagi seseorang yang ikut andil dalam keberadaan kita di dunia
ini. Istilahnya sih semacam ‘urunan’ kalo kata orang Jawa dan saweran kalo kata
orang Sunda tentang keberadaan ayah ini hehe. Mereka tak tahu bagaimana
mendidik anak dengan baik dan benar. Pernikahan bagi mereka hanya dianggap satu
fase yang harus dilalui oleh manusia tanpa pernah berpikir serius tentang cara
mendidik anak-anaknya.
Ketika anak
nakal, dibiarkan saja. Ketika anak membangkang dan berani membentak ortu,
dibilangnya masih kecil, entar juga bakal tahu sendiri. Padahal anak, tanpa
dididik bahwa ini benar dan ini salah, dia akan menganggap bahwa apa yang
dilakukannya adalah selalu benar. Jadilah ketika anak beranjak remaja, orangtua
merasa kecolongan ketika anaknya menjadi sosok yang suka membantah dan tidak
sopan terhadap orangtua.
….Seorang
anak yang semula dididik dengan baik oleh ortunya di rumah, tapi ketika bergaul
dengan temannya yang suka melawan ortunya, ia sangat mungkin untuk
terpengaruh….
Belum lagi
faktor lingkungan. Seorang anak yang semula dididik dengan baik oleh ortunya di
rumah, tapi ketika bergaul dengan temannya yang suka melawan ortunya, ia sangat
mungkin untuk terpengaruh. Karena apa? Karena seringkali apa yang mereka dapat
dari pergaulan lebih membekas daripada pendidikan dalam rumah. Jadilah anak
meniru perilaku teman yang salah asuh tadi. Gawat kan?
Hal ini
diperparah dengan tayangan-tayangan yang tidak mendidik, baik di sinetron atau
pun program televisi yang lain. Anak berani sama ortu, mulai membentak hingga
memukul seakan-akan menjadi hal yang lumrah dan biasa. Negara, yang seharusnya
tanggap terhadap masalah ini, malah bungkam seribu bahasa. Ijin-ijin untuk
tayangan merusak ini terus saja dikeluarkan tanpa mau peduli dengan masa depan
generasi muda bangsa ini. Ciloko!
Sobat muda
muslim, apapun adanya dirimu, tak ada alasan untuk berani dan bertingkah laku
tidak sopan terhadap orangtua. Bagaimana pun mereka adalah orang yang
‘mengadakan’ kita di dunia, membesarkan, mendidik, dan menyayangi serta
mengasuh kita. Tidak seharusnya kita hanya bisa menyalahkan ortu. Kita harus
bisa mengingatkan mereka bila salah, dan mematuhinya bila diajak kepada
kebenaran.
….Kalo
kamu adalah salah satu dari anak salah asuh, jangan hanya bisa nyalahin ortu.
Introspeksi diri! Karena kita punya akal untuk tahu mana yang benar dan salah….
Kalo kamu
adalah salah satu dari mereka yang memang salah asuh, jangan hanya bisa
nyalahin ortu. Introspeksi diri. Karena kita punya akal untuk tahu mana yang
benar dan salah. Berani sama ortu jelas bukan tindakan yang bisa dibenarkan.
Kalo memang kondisinya seperti itu, segera nyadar dan bertaubat. Meski ortu
cuma lulusan SD, tanpa mereka kamu nggak bakal ada. Meski ortu bikin kamu nggak
pede, bukan alasan untuk bertindak semau gue. Ortu tetap sosok yang patut
mendapat cinta dan hormat kita, tak peduli apa latar belakang dan
pendidikannya. Selama mereka berdua mengajak kebenaran, why not? Bahkan ketika mereka
mengajak kepada kemungkaran pun kita tidak boleh berlaku kasar padanya.
Cukuplah mengingatkan dengan cara yangma’ruf,
yaitu baik dan sopan. Mau kan? Kudu banget dong ya. Biar ahsan.
Ria Fariana
Komentar
Posting Komentar