Kelemahan Ateis Itu pada Logika

Orang ateis-materialist sering menuduh orang beragama sebagai orang yang tidak menggunakan logika akal,tapi bila di analisis sebenarnya mereka yang tidak menggunakan logika akal nya dalam memahami Tuhan,mari kita analisis :
Tuhan karena Ia adalah Tuhan maka Ia adalah mesti maha tak terbatas sebab bila Ia terbatas maka otomatis Ia bukan Tuhan.

Karena Tuhan itu maha tak terbatas maka otomatis Ia tak bisa ditangkap oleh mata telanjang,sebab semua yang dapat ditangkap oleh mata telanjang adalah obyek yang terbatas,contoh : mobil,gedung,planet bumi,bahkan semua benda yang ada di alam semesta yang sebesar apapun.

Karena Ia maha tak terbatas berarti semua berada dalam Tuhan,sehingga bila ada yang ingin melihat bentuk wujud Tuhan otomatis ia harus keluar dari dzat Tuhan untuk melihat wujud Tuhan dari jarak cukup jauh,sebagaimana seseorang yang berada didalam sebuah gedung maka bila ia ingin melihat bentuk wujud gedung itu secara utuh maka ia harus keluar dari gedung itu untuk melihatnya dari jarak yang cukup jauh.

Bila Tuhan maha tak terbatas adakah suatu ruangan kosong yang disitu tidak ada Tuhan sehingga dari ruang itu manusia bisa mengambil jarak untuk bisa melihat wujud tuhan ?

Lalu mengapa ateis suliiiiiit sekali memahami Tuhan ? karena mereka terlalu mengandalkan dunia panca inderanya  dalam memahami segala suatu,kekuatan ateis memang pada dunia inderawinya yang sangat awas bila digunakan untuk melihat dunia alam lahiriah material,dan akalnya akan terampil bila digunakan untuk mengelola dunia materi,tetapi kelemahannya adalah pada logika akal yang tidak bisa dipakai secara sistematis bila harus digunakan menelusuri yang abstrak seperti persoalan Tuhan itu.

Ateis tidak menggunakan logika dalam melihat ketertataan alam semesta yang terstruktur yang mustahil bisa lahir dari kebetulan,karena kebetulan yang bisa melahirkan ketertataan itu sama sekali tidak akan pernah ada contohnya didunia ini,lain dengan mekanisme keteraturan yang berasal dari adanya sang desainer maka contohnya melimpah ruah,bahkan anak S.D saja mudah menemukannya : jam tangan,mesin,rumah dlsb.

Ateis tidak menggunakan logika dalam menganalisis masalah sorga neraka,dengan menggunakan kekuatan inderanya mereka memvonis sorga-neraka sebagai suatu yang ‘tidak ada’ padahal mereka tidak pernah meng observasi hingga ke alam akhirat untuk memastikan ketidak beradaannya,secara metodologi sains itu sebenarnya menyalahi aturan bagaimana bisa membuat keputusan ‘tidak ada’ terhadap sesuatu yang tidak ter observasi oleh sains,mengapa tidak mengatakan : diluar jangkauan sains saja ?

Nah itu soal keberadaannya,sedang soal ke rasionalan nya harus dilihat dari kacamata sudut pandang cara berfikir logis tentunya,jangan mengukur rasionalitas dengan mata,jangan karena tidak terlihat mata-tidak terbukti secara empirik maka mempercayainya = irrasional,itu sangat keliru menurut tatacara berfikir logika yang sistematis.

Nah rasionalitas dari sorga-neraka itu harus dihubungkan dengan sebab-akibat atau hukum kausalitas yang berhubungan dengan kehidupan dunia karena sorga-neraka adalah akibat dari sebab adanya kehidupan dunia,artinya muara dari perjalanan hidup manusia di dunia.

Sorga-neraka adalah penataan Tuhan sebagaimana juga Tuhan menata alam semesta sehingga tertata-teratur-terstruktur.nah mungkinkah Tuhan yang menata alam semesta secara terstruktur bahkan hingga ke organnya yang terkecil itu membiarkan kehidupan manusia berjalan secara acak-semrawut-awut awutan tanpa tatanan,sehingga manusia boleh berbuat sesuka hati diatas dunia ini ; mau berbuat baik atau jahat tanpa ada mekanisme pembalasan ?
Nah sorga-neraka adalah konsep Ilahi yang menata peri kehidupan manusia sehingga perikehidupan manusia itu ada mekanisme hukum yang mengaturnya,dan dari mekanisme yang mengatur peri kehidupan manusia itu lahirlah konsep keadilan Ilahi yang bersifat universal yang berlaku untuk keseluruhan umat manusia : seluruh manusia akan memperoleh balasan setimpal dari amal perbuatannya masing masing.yang baik dibalas baik dan yang buruk dibalas buruk.

Itulah selalu ada argumentasi penjelasan logis bagi Tuhan,bagi keyakinan terhadap Tuhan bagi keyakinan terhadap konsep Tuhan.

Sebaliknya pernahkah ada ateis - materialist yang bisa meruntuhkan kebenaran Tuhan dengan argumentasi logika akal yang tertata ? mereka hanya bisa menyerang Tuhan-agama dengan berbekal pemikiran bebas spekulatif semata bukan argumentasi akal yang tertata secara sistematis. anehnya mereka sering merasa sebagai ‘orang yang rasional’ sedang orang beriman malah sering di stigmakan sebagai ‘orang orang yang tidak berfikiran rasional’,sebuah klaim yang aneh bukan ?

Sebab Tuhan memberi manusia akal itu agar manusia bisa membaca kebenaran secara tertata dengan jalan fikiran akal yang tertata,sebab karakteristik akal adalah cara berfikir nya yang tertata,sistematis-mekanistis-matematis,tidak berfikir spekulatif tapi liar dengan menabrak rambu rambu berfikir yang sudah ditetapkan sebagai metodologi berfikir akal.
Logika akal itu peralatan multi fungsi ia bisa membaca-menganalisis-memahami dunia alam lahiriah material,sehingga dunia alam lahiriah material itu bisa di fahami secara tertata melalui hukum hukum yang meliputinya,contoh mekanisme hukum fisika yang menata alam semesta.

Sebaliknya logika akal pun akan memperlakukan dunia abstrak-gaib seperti itu pula yaitu akan berusaha membaca-menganalisis dan memahaminya secara tertata,sebagai contoh ; akal bisa memahami dunia abstrak secara tertata melalui pemahaman terhadap adanya konsep hukum kehidupan dualistik yang mengungkung kehidupan,sehingga kehidupan ini tertata oleh sebuah mekanisme yang menata kehidupan kedalam bentuk konsep dualisme : adanya siang-malam,kehidupan-kematian,adanya muda dibalik tua dst.dst.

Nah mekanisme konsep dualisme hukum kehidupan yang berantai itulah yang digunakan sebagai kerangka kebenaran agama yang bisa dibaca dan difahami oleh cara berfikir akal yang dualistik,sehingga melalui agama manusia dituntun untuk memahami adanya mata rantai mekanisme hukum kehidupan yang berantai hingga ke alam akhirat : ada benar-salah, baik-buruk,sebab-akibat,perbuatan-balasan,kehidupan-kematian, dunia-akhirat,dan ujungnya sorga-neraka.

Akal bisa membaca mata rantai konsep hukum kehidupan yang berantai mulai dari dunia lahiriah hingga ke dunia abstrak,mulai dari alam  dunia hingga ke alam akhirat,sebab akal memang diciptakan sebagai alat pembaca konsep hukum kehidupan yang dualistik.

Sehingga sungguh aneh bukan kalau ber agama malah di identikkan dengan ke irrasionalan…..tapi kunci nya bisa kita fahami bahwa orang yang bersudut pandang materialist itu selalu menggunakan mata-bukti empirik-realitas yang nampak mata,sebagai ‘parameter kebenaran’ sehingga baik definisi pengertian ‘ilmu’ maupun definisi pengertian ‘rasional’ selalu di ukurkan kepada dogma materialist yang utama itu.sehingga definisi  ’ilmiah’ dan ‘rasional’ dianggap merupakan konsep yang selalu harus berpijak pada bukti yang tertangkap mata telanjang secara langsung.dengan dogma matertialist itulah dunia abstrak sering langsung di posisikan sebagai ‘bukan wilayah ilmu’ atau ‘wilayah yang irrasional’.

Artinya kaum materialist mengebiri serta memenjarakan akal dalam keserbaterbatasan dunia inderawinya sehingga akal tidak bisa bebas lepas mengekplorasi dunia abstrak nan luas itu.


Komentar