Kelemahan Atheisme
Atheisme secara umum bermakna ketidakpercayaan bahwa
Tuhan itu ada. Selain hal tersebut, setiap atheis bisa berbeda pendapat.
Umumnya atheis berpatokan pada sains dan kemanusiaan. Aliran politiknya bisa
bermacam-macam, mulai dari komunis, marxis, liberalis, sekularis, dan lain
sebagainya. Ada beberapa kelemahan yang menurut saya melekat pada atheism,
di antaranya:
Pertama,
menjadikan atheisme tak ubahnya agama
Ada yang mengatakan bahwa atheism adalah puncak dari
segala puncak pertanyaan. Benarkah? Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa
jika suatu filsafat dibukukan atau dituliskan maka ia menjadi doktrin. Atheis
yang tidak skeptis terhadap ke-atheis-annya, maka ia tak ubahnya seorang theis.
Dia telah menjadikan ke-atheis-annya sebagai doktrin yang tidak bisa diganggu
gugat lagi. Suatu doktrin yang tidak bisa diganggu-gugat, itulah agama. Tentu
saja tidak semua atheis seperti ini. Tetapi, faktanya di luar sana adapula
atheis2 yang sok2an….fundamentalis.
Kedua,
menjadikan hidup kurang bermakna
Setiap agama umumnya menjelaskan apa dan mengapa
tujuan manusia ada di dunia ini. Pemikiran atheis menjelaskan bahwa keberadaan
manusia di dunia adalah melalui suatu proses alami yang tanpa tujuan. Kehidupan
bergerak maju dan alam semesta bertumbuh sesuai dengan hukum-hukum alam yang
ada. Alam melalui hukum-hukumnya telah memilih manusia untuk menghuni sebuah
planet yang disebut bumi. Tak ada tujuan dan tak ada tugas. Bagi kebanyakan
orang, hidup tanpa tujuan sungguh sangat menyedihkan. Lebih menyedihkan lagi
ketika menyadari bahwa kehadiran kita di dunia adalah suatu kecelakaan sejarah,
lebih tepatnya kecelakaan evolusi.
Ketiga,
memancung harapan
Membayangkan hidup tidaklah benar-benar abadi dan
kematian mengakhiri segalanya adalah suatu hal yang menyakitkan. Membayangkan
surga itu ada, dan berharap orang-orang terdekat atau orang-orang tersayang
kita ada di sana, lalu atheis memancungnya dengan pemikiran ‘surga dan neraka
itu tidak ada’ adalah sangat menyakitkan. Berharap setiap kejahatan di dunia
mendapat pembalasan yang setimpal, lalu atheis memancungnya dengan pemikiran
‘surga dan neraka itu tidak ada’ adalah sangat menyakitkan. Umumnya kalangan
atheis berpendapat bahwa kehidupan semua makhluk hidup itu benar-benar hanya
sekali, tak ada kehidupan setelah mati di alam lain yang abadi. Semua klaim
tentang kehidupan di alam lain hanyalah suatu imajinasi yang utopis.
Keempat,
tak memberi nilai tambah bagi kualitas moralitas
Point ini memang ‘debatable’. Moralitas saling
diperebutkan, berasal dari manakah? Dari tuhan atau hasil dari kebudayaan
manusia? Saya tak peduli moralitas itu datangnya dari mana, tapi saya ingin
bertanya ‘apasih sumbangan atheis pada pengembangan kualitas moralitas
manusia?’. Ah….atheisme memang bukanlah suatu agama, tak layak saya menuntut
ini dan itu kepadanya. Ya, atheism hanyalah suatu sikap tidak percaya pada
sosok yang disebut Tuhan. Kenapa? Karena semua klaim tentang Tuhan tidak dapat
dibuktikan.
Bagaimana dengan moralitas? Nah, kau bisa
mempertimbangkan baik dan buruknya suatu tindakan dengan berpatokan pada
kebijaksanaanmu sendiri. Kecuali jika kau masih anak2. Anak-anak perlu
pembimbing, orang dewasa tidak.
***
Komentar
Posting Komentar