Remaja 12 - All About Love: Makin Asyik Bicara Cinta
Love , cinta,
liebe , atau menjadi deretan huruf apapun ia dan dalam bahasa apapun, selalu
saja indah dan asyik untuk dibicarakan. Iya nggak sih?
Bo’ong banget
kalo kamu sampe menggelengkan kepala. Bahkan topik inilah yang paling universal
untuk dibicarakan atau pun dinikmati. Apalagi untuk remaja-remaji seusia kamu,
kayak nggak ada tema lain yang mendominasi pembicaraan selain love and love
mulu. Iya apa iya?
Sobat muda,
cinta emang indah dan nikmat untuk dibicarakan atau pun dirasakan. Cinta
ternyata ibarat dua sisi mata pisau yang tajam. Bila tak benar menggunakannya
bukan tak mungkin kita malah akan terluka karenanya.
Seperti kata
Kahlil Gibran neh bahwa di balik sayap indah cinta, waspadalah ada terselip sebilah
pisau tajam untuk mencabikmu. Ciee…nggak usah bingung bagi kamu yang nggak ngeh
dengan bahasa kiasan Bung Gibran ini.
Ketika kamu
jatuh cinta, dunia terasa indah dan berbunga-bunga. Kamu jadi rajin ke sekolah,
rajin belajar, suka tersenyum, nyapa kiri-kanan, dll. Tapi semua itu akan
berubah banget ketika kamu dapetin orang yang kamu cintai dengan tulus ternyata
tidak membalas cintamu. Hiks…langit seakan runtuh. Lagu Pupus-nya
Dewa 19 didendangkan berulang-ulang. Emang enak bertepuk sebelah tangan? Kamu
pun merasa jadi orang paling merana sedunia dan selalu terbayang gimana caranya
gantung diri di pohon tomat. Tapi apa iya sih, cinta cuma sebatas itu?
….Ketika
kamu jatuh cinta, dunia terasa indah dan berbunga-bunga. Tapi semua itu akan
berubah banget ketika orang yang kamu cintai ternyata tidak membalas cintamu….
What is love?
Apa cinta itu?
Bila ada sepuluh orang kamu tanya tentang pertanyaan ini, akan ada sepuluh
jawaban pula yang bakal disodorkan. Bahkan para filsuf dan pemikir dari jaman
baheula hingga jaman kiwari masih pada kebingungan untuk mendefinisikan tentang
cinta ini. Bahkan ada yang bilang, cinta tidak untuk didefinisikan karena it’s
all about feeling (duilee.. sampe segitunya)
Tapi ada satu
hal yang kita pasti sepakat, bahwa semua makluk hidup pasti mempunyai cinta.
Induk ayam saja rela mengais-ngais tanah demi mendapat seekor cacing demi
disuapkannya pada mulut anaknya. Belum lagi kalo kamu berusaha mendekati anak
ayam yang masih imut, jangan salahkan bila kamu bakal diterjang sama induknya.
Semua itu karena dorongan naluri, rasa cinta.
Apalagi yang
namanya manusia, keberadaan naluri mencintai dan dicintai ini sudah built-up
diberi dari sononya. Karena rasa ini adalah perwujudan dari naluri
mempertahankan jenis atau bahasa kerennya, gharizah nau’. Bisa kamu bayangkan
bila seorang suami tidak mencintai istri dan anaknya, maka ia tak akan mau
bersusah payah bekerja mencari nafkah. Begitu juga seorang ibu, tanpa cinta tak
mau ia merasakan lelahnya mengandung sembilan bulan lamanya, sekitnya
melahirkan dengan nyawa sebagai taruhannya, menyusui hingga dua tahun, dan
mendidik serta membesarkan anak-anaknya.
Tanpa cinta,
tak mungkin Rasulullah Muhammad SAW menghabiskan seluruh hidupnya untuk
berpikir dan berbuat demi umatnya. Bahkan di saat detik-detik akhir
kehidupannya saat sakaratul maut menjelang, tahu nggak apa yang diingat beliau
tercinta ini? ‘umati…umati’ (umatku…umatku). Bukan menyebut nama anak-anaknya,
bukan pula menyebut nama istri-istrinya, apalagi menyebut harta yang memang
tidak beliau punya, tapi Rasulullah menyebut umatnya. Termasuk kita yang hidup
ribuan tahun jaraknya dari beliau pun sudah disebut dalam lisan sucinya.
Betapa beliau
mengkhawatirkan umatnya dengan penuh cinta. Malu nggak sih kita bila mengingat
ini, sedalam apa balasan cinta kita untuk Rasulullah SAW? Maka sungguh indah
senandung lagu milik Bimbo dengan penggalan lirik seperti ini:
‘Rindu kami padamu, ya Rasul, rindu tiada terperi. Berabad jarak darimu ya
Rasul, serasa dikau di sini’.
….Semua
terjadi dengan begitu teratur, begitu indah, dan begitu setia. Tentu dari Yang
Mahamemiliki cinta itu sendiri, Allah SWT….
Siapa sih yang
nggak merasa cinta pada sosok mulia ini? Pasukan perang Tabuk rela menjadikan
tubuhnya sebagai tameng anak panah demi menyelamatkan sang Nabi tercinta. Tubuh
dan nyawa mereka tak ada artinya dibandingkan dengan keselamatan sang Rasul
mulia. Bahkan ketika mendengar berita tentang isu wafatnya Rasul, semua sahabat
menangis tersedu-sedu. Dan ketika mendapati beliau masih hidup tetapi dengan
luka sekujur tubuh, para sahabat lega meski masih merasa sedih dengan
terlukanya sosok yang dicintai. Ingin rasanya mereka menjadi pengganti rasa
luka itu selama bisa mengurangi rasa sakit yang diderita Rasulullah akibat
tusukan pedang dan anak panah. Semua itu mereka lakukan karena cinta.
Bila kita mau
menoleh pada hal lain barang sejenak, akan kita dapati matahari yang bersinar
tanpa syarat ke bumi, hujan pun turun untuk membasahi ladang gersang, dan tanah
yang masih juga menumbuhkan tanaman buat manusia.
Semua itu
terjadi dengan begitu teratur, begitu indah, dan begitu setia. Dari siapa?
Tentu dari Yang Mahamemiliki Cinta itu sendiri; Allah SWT.
Perwujudan cinta
Lalu bagaimana
dengan kita? Dengan apa kita harus membalas semua rasa cinta yang pernah,
sedang, dan akan terus kita rasakan hingga akhir hayat kita itu? Ada pepatah
yang mengatakan kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Kamu
pasti tahu dong, beda panjang jalan dan galah. Jauh banget kan? Kalau kasih ibu
saja sepanjang itu, lalu bagaimana dengan kasih dan cinta Muhammad saw. pada
umatnya? Lalu bagaimana lagi dengan kasih dan cinta Allah SWT pada kita?
Sungguh, seandainya seluruh pohon di bumi ini dijadikan pena dan air laut
sebagai tintanya tetap tak bisa melukiskan sedalam dan sejauh apa cinta Allah
pada kita.
Pernahkah kita
merasakan dengan sadar cinta Allah dalam setiap tarikan dan hembusan nafas?
Dalam setiap langkah yang kita buat, dalam setiap detik waktu yang terlewat,
pernahkah itu kita sadari? Semua itu ibarat matahari, yang karena terbiasanya
kita dengan sinarnya kita jadi lupa pada jasanya.
….Pernahkah
kita merasakan dengan sadar cinta Allah dalam setiap tarikan dan hembusan
nafas? Dalam setiap langkah yang kita buat, dalam setiap detik waktu yang terlewat….
Bayangkan bila
sedetik saja Allah menarik pasokan oksigen untuk kita hirup, makhluk seisi
dunia bisa kelabakan. Tapi Allah begitu sayang dan cinta terhadap kita sehingga
tak peduli orang yang durhaka terhadap-Nya juga diberi pasokan oksigen yang sama
dengan mereka yang taat. Meski tentunya ada konsekuensi juga kan? Mereka yang
taat jelas tempat kembalinya di akhirat; surga. Begitu pun dengan yang durhaka
sudah dintentukan tempatnya; neraka.
Sobat muda
muslim, pernah nggak kamu dicintai oleh orang lain yang begitu tulus
mencintaimu tanpa pamrih? Apa yang ingin kamu lakukan? Kamu pasti berusaha
membalas ketulusannya dan berusaha mencintainya dengan tulus pula.
Lalu, bagaimana
dengan membalas ketulusan Allah dan rasulNya yang sudah begitu mencintai kita
tanpa pamrih? Yaitu dengan berusaha menjalankan perintaNya dan menjauhi
laranganNya.
BTW, kalo kamu
sedang jatuh cinta, apa sih yang akan kamu lakukan demi si dia? Kalo si dia
nggak suka liat kamu pakai baju merah, pasti kamu nggak bakal pakai baju itu
demi menyenangkan hatinya meski sebetulnya kamu setengah mati suka warna merah.
Jika si dia suka banget makan bakso kamu pasti berusaha setengah mati bisa
mentraktirnya makan bakso meski kamu lagi kanker alias kantong kering. Kenapa
bisa begitu? Karena cinta identik dengan ketaatan. Identik dengan keinginan
untuk membahagiakan. Itu pulalah yang ingin kita lakukan bila ingin membalas
cinta Allah dan RasulNya. Wajar dan sangat adil kan?
Bentuk riilnya?
Ketika kamu
melaksanakan shalat lima waktu dan puasa Ramadhan, kamu sedang melakukan
sebentuk bukti riil cinta kepada-Nya. Tapi itu belum cukup, karena Islam bukan
hanya agama ritual saja. Ketika kamu menutup aurat, kamu melakukannya karena
cinta. Ketika kamu patuh dan sopan pada orang tua, sayang pada yang lebih muda,
ringan tangan pada saat orang lain membutuhkanmu, bersedia mendengar keluh
kesah kesedihan teman yang lagi durundung duka, itu semua juga sebagian bukti
cinta.
Ketika kamu
menasihati temanmu untuk tidak berpacaran dan tidak suka membolos, itu juga
bukti cinta. Ketika kamu tahu menjalankan syariat Islam adalah wajib dan kamu
mendakwahkannya pada yang lain, itu juga bentuk cinta. Bahkan tersenyum pun
(asal bukan senyum yang TP alias tebar pesona yah) itu juga bentuk kecintaan
kita pada sesama.
Jangan
mentang-mentang kamu udah ngaji duluan, lalu merasa sok bener sendiri tanpa mau
membagi cintamu itu dengan mendakwahkannya. Emang surga milik kamu sendiri?
Nggak kan? Alangkah enaknya surga itu bila kita bisa menghuninya beramai-ramai.
Bukankah kamu lebih suka rumahmu didatangi banyak temanmu daripada bengong
sendirian nggak ada yang diajak ngomong. Tul nggak?
Cuekin aja kalo
ada temanmu yang suka becanda bilang ‘Enak lho masuk neraka bisa ketemu bintang
film macam Britney Spears, J-Lo, Mas Nunu alias Keanu Reeves or Brandon’.
Anggap saja mereka adalah orang-orang yang membutuhkan sentuhan cintamu dalam
bentuk dakwah, amar makruf nahi munkar. Jangan benci mereka dan jangan pula
dijauhi. Sentuh akal dan perasaannya sehingga mereka dapat memperoleh hidayah
dan ‘terjerumus’ dalam cinta; Islam.
Karena cinta
Yup, benar
sekali bahwa semua kejadian di dunia ini tidak pernah terlepas dari yang
namanya cinta. Mulai dari nongolnya kamu di dunia ini adalah hasil pertautan
cinta ibu-bapakmu sampai kamu bisa beriman dan berislam hingga hari ini juga
karena cintanya Rasul terhadap umatnya, juga cinta Allah terhadap hambaNya.
Cinta bukan melulu Tejo yang naksir Surti, tidak selalu sang putri yang
menunggu pangeran idaman datang meminang. Tapi cinta adalah kehidupan itu
sendiri.
….Semua
kejadian di dunia ini tidak pernah terlepas dari yang namanya cinta. Karena
cinta adalah kehidupan itu sendiri….
Pernahkah kamu
menikmati setiap aliran cinta yang merambati tubuhmu di saat kamu menarik nafas
segar di pagi hari, merasakan sejuknya embun yang menetes di wajahmu, dan
bugarnya badan untuk memulai beraktivitas? Bila belum, cobalah. Pejamkan matamu
dan rilekskan pikiranmu. Maka biarkan ada yang bening mengaliri sanubarimu.
Oksigen yang terhirup, embun yang lembut, sinar mentari yang hangat, tubuh yang
sehat, iman yang kuat dan pikiran yang mantap, itu semua ada karena cinta.
So , kamu-kamu
udah pada ngeh kan, bahwa cinta bukan melulu seperti yang kamu pahami selama
ini, sekadar hubungan taksir-menaksir antar lawan jenis.
Cinta ternyata
bisa begitu luas dan indah. Semoga artikel cinta ini bisa membuka hati dan
akalmu tentang makna cinta itu sendiri. Sehingga kamu pun bisa melangkah dengan
mantap di kehidupan dengan menaburkan sebanyak mungkin cinta kepada sesama.
Bukan cinta
sempit yang sulit dibedakan dengan nafsu, tapi lebih mengarahkan arti cinta
kepada kebenaran itu sendiri, yakni Al-Islam. Agama yang selama ini menjadi
pilihan hidup kita. Nggak berlebihan kan? Bahkan tulisan ini pun dibuat juga
karena cinta kami pada kamu, sang calon pemegang tongkat estafet dakwah di masa
depan. Sungguh, betapa indah dan ringan semua hal bila kita mendasarkannya
karena cinta. Yakinlah ^_^
By: Ria Fariana
Komentar
Posting Komentar