Remaja 27 - Generasi Muda dalam Kepungan Valentine's Day
Valentine’s day
bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita, apalagi saat ini adalah bulan
Februari, bulan dimana valentine’s day dirayakan, frekuensi kita
mendengar atau pun membaca kata-kata itu semakin meningkat. Valentine’s
day atau biasa juga disebut V Day oleh kalangan muda saat ini, sudah
menjangkiti hampir seluruh kaula muda kita. V day bagi mereka seakan-akan telah
menjadi sebuah acara ceremonial yang wajib dilaksanakan tiap tahun bersama
pasangan, tak penting status pasangan itu legal atau pun illegal-nya.
Bagi sebagian
besar kalangan muda, tak lengkap jika pada tanggal 14 Februari tak pergi jalan
dengan pasangannya. Berbagai rangkaian kegiatan menghiasi V Day, mulai dari
saling bertukar kado, memberikan coklat, memberikan bungan mawar merah, sekedar
jalan keluar, makan di restoran atau pun di emperan jalan. Bahkan tak
jarang V Day diwarnai dengan kegiatan-kegiatan yang menjijikkan, seperti:
ciuman, pelukan, atau bahkan freesex.
Awal Mula Valentine day
Valentine’s day
merupakan perayaan yang dilakukan oleh umat kristiani guna memperingati
kematian salah seorang pendeta mereka, St. Valentine. Di salah satu sumber
menyatakan bahwa Valentine dijatuhi hukuman mati oleh raja Claudius karena telah
melanggar perintah raja. Claudius telah melarang para pemuda dan prajurit di
wilayahnya untuk menikah karena menurutnya ikatan pernikahan hanya akan
mengendurkan semangat prajurit dalam berperang. Mereka enggan untuk berperang
karena keterikatan mereka kepada keluarga mereka, akhirnya keputusan yang sama
sekali tidak adil ini dilontarkan oleh Claudius. Valentine selaku pendeta
yang mana tugasnya adalah menikahkan sepasang anak manusia menentang keputusan
ini. Dia secara diam-diam tetap menikahkan pasangan yang mendatanginya.
Lama-kelamaan, tindakan Valentine diketahui oleh Claudius, hingga akhirnya dia
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Guna mengenang jasa Valentine dalam
menyatukan kasih sayang antar dua insan manusia, maka ditetapkanlah tanggal
14 Februari, hari kematiannya, sebagai hari kasih sayang atau biasa juga
disebut Valentine’s day. Dulunya, perayaan Valentine’s day berupa pemberian
kado, coklat, ataupun saling berkirim surat sebagai pengungkapan rasa kasih
sayang kepada orang-orang yang disayangi, namun pada saat ini perayaannya lebih
cenderung kepada sesuatu yang berbau seks.
Pandangan Terhadap Valentine’s Day
Seperti yang
dipaparkan di atas bahwa perayaan Valentine’s day bukan berasal dari ajaran
Islam, melainkan berasal dari budaya umat non-Islam. Maka, sudah barang tentu
haram hukumnya untuk kita ikut merayakannya atau hanya sekedar memberikan
selamat. Karena apabila kita memberikan ucapan selamat, itu berarti kita telah
mengakui kebenaran agama mereka, sedangkan agama yang benar di sisi Allah SWT
hanyalah Islam. Sebagaimana Allah berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya” (Q.S. Ali-Imran:19)
Adapun ikut
merayakannya maka itu lebih tidak boleh lagi. Apabila kita ikut merayakannya
maka kita akan termasuk ke dalam golongan mereka, sebagaimana rasulullah SAW
bersabda:
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan
mereka” (HR. Abu Daud dan Imam Ahmad dari Ibnu Umar)
Di redaksi
lainnya, rasulullah SAW bersabda:
“Tidak termasuk golonganku orang-orang yang menyerupai selain golongan
umatku (umat Islam).”(HR. Tirmidzi dari Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari
datuknya).
Apabila kita
sudah termasuk golongan mereka, berarti tempat kita di akhirat nanti akan sama
juga dengan mereka, yaitu neraka. Lalu pertanyaannya, apakah kita mau menemani
mereka di neraka kelak hanya karena kita ikut-ikutan merayakan sesuatu yang
tidak ada manfaatnya? Semua itu tergantung pilihan pembaca, karena hidupmu
adalah pilihanmu.
Apa dampak perayaan Valentine’s day bagi generasi
muda?
Perayaan
Valentine’s day yang bukan berasal dari Islam tentu menimbulkan banyak mudharat
kepada kaum muslimin, terutama kepada kaula muda. Apalagi Valentine’s day
begitu sarat dengan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. Tak jarang
para remaja putri yang merelakan keperawanannya demi sang kekasih pada saat
Valentine’s day. Alasan yang sering dikemukakan tak lain adalah untuk
menunjukkan kasih-sayangnya kepada sang kekasih. Sungguh, sebuah alasan yang
tidak mendasar dan tidak masuk akal sama sekali. Bagaimana mungkin, rasa sayang
diwujudkan dengan memberikan sebuah harta yang paling berharga kepada seseorang
yang bukan mahromnya. Sungguh aneh, sebuah perbuatan dosa besar di mata agama
dianggap sebuah bukti kasih sayang? Yang ada, itu adalah bukti
ketidakterikatannya dengan hukum syara’.
Dan yang lebih
mengejutkan lagi, masyarakat bukannya menentang perayaan dan kegiatan-kegiatan
yang terkandung di dalamnya, tapi malah ikut memberikan support. Buktinya, pada
saat Valentine’s day makin banyak pihak yang menjual barang-barang yang berbau
Valentine’s day, seperti coklat dan bunga mawar. Minimarket-minimarket semakin
gencar melakukan promosi coklat. Promosi ini tidak hanya sekedar promosi biasa,
namun ini adalah promosi yang menjerumuskan si pembeli untuk berbuat maksiat.
Bagaimana tidak, promosi coklat ini berupa pemberian kondom secara gratis
apabila membeli beberapa coklat. Tentu ini akan menjerumuskan pemuda kita ke
aktivitasfreesex.
Apabila kaum
muda telah terjerumus pada hal-hal yang semacam ini, maka tunggulah kehancuran
bangsa ini. Pemuda yang menjadi generasi penerus bangsa tidak lagi tangguh, tak
lagi bertanggung jawab, bukan lagi generasi yang berkualitas, melainkan mereka
sudah menjadi generasi yang rusak yang sudah tidak dapat diandalkan lagi.
Solusi Islam Mengangapi Valentine’s Day
Ketika kita
bebicara mengenai pandangan menurut Islam, maka kita akan berbicara tentang
hukum-hukum syara’ karena hukum syara’ adalah essensi dari Islam itu sendiri.
Dalam menangani
hal ini, Islam mempunyai solusi tesendiri yang dijamin akan membuahkan hasil.
Generasi muda Islam dari sejak dini dididik supaya berkepribadian Islami,
dimana berpola pikir dan pola sikap Islam, sehingga ketika ada suatu budaya
asing yang bertentangan dengan akidah mereka, mereka mampu mengatasinya.
Namun
kenyataannya, generasi muslim saat ini tidak lagi berpola pikir dan pola sikap
Islam. Semua itu karena pendidikan yang dienyam oleh generasi saat ini adalah
pendidian sekuler yang sama sekali tidak akan pernah membentuk sebuah
kepribadian Islam pada diri mereka. Pendidikan sekuler ini hanya akan
menjauhkan mereka dari Islam itu sendiri, sehingga yang terbentuk adalah
generasi yang berkepribadian sekuler pula. Seseorang yang berkepribadian
sekuler akan cenderung bersikap bebas karena pada dirinya tak ada lagi rasa
untuk terikat dengan hukum syara’.
Pemasalahan ini
bukan hanya terletak pada satu komponen pendidikan saja, melainkan permasalahan
ini adalah permasalahan sistemik. Dimana, generasi muda yang rusak karena tidak
berkepribadian Islam sebagai output dari
sistem penddidian sekuler. Wajah sistem pendidikan tidak terlepas dari bentuk
kurikulum yang yang dihasilkan oleh suatu negara. Jadi, untuk menjadikan
generasi muda ini tetap baik (Islami) diperlukan sistem pendidikan yang Islami
pula, sistem pendidikan yang Islami tidak akan pernah terbentuk dalam sistem
pemerintahan yang sekuler, melainkan hanya akan terbentuk dalam sistem
pemerintahan Islam juga. Sebuah sistem pemerintahan yang menjaga generasinya
dari budaya asing yang menjerumuskan dan memastikan generasinya adalah generasi
yang berkualitas, yaitu khilafah Islamiyyah.\
Ø By: Athifa RahmiØ Mahasiswi Pendidikan Kimia UPI
Komentar
Posting Komentar