Remaja 51 - Jilbab Saringan Tahu, Tabarruj ala Jahiliyah
Kita patut bersyukur dengan banyaknya muslimah yang menutup auratnya belakangan
ini. Meski masih banyak kita jumpai pemandangan aneh dari muslimah itu sendiri.
Ada yang
memakai jilbab tapi poni rambutnya ke mana-mana, ada yang pake jilbab tapi
pakaian dalamnya terlihat, ada juga yang pakai jilbab tapi masih ikutan konser
musik. Miris, kasihan, sedih, marah, campur baur rasanya. Tapi saya juga
bersyukur di antara mereka masih ada yang berhijab sempurna. Semoga istiqamah!
Pertama banget
saya tahu istilah ‘jilbab saringan tahu’ ini di twitter. Ada seorang kawan yang
nyeletuk tentang jilbab ini. Mulanya saya nggak tahu jilbab mana yang dimaksud,
sampai suatu hari saya diajak tante saya belanja di pasar. Ketika melewati
penjual tahu saya sempat berhenti untuk menanyakan bentuk saringan tahu.
Barulah saya tahu, jibab saringan tahu ternyata jilbab yang super tipis
menerawang itu. Saya pikir modelnya yang mirip saringan tahu, karena biasanya
penamaan jilbab sesuai dengan model, tapi rupanya jilbab saringan tahu adalah
jilbab yang jenis kain/bahannya setipis saringan tahu.
Beberapa waktu
lalu saya mengunjungi toko jilbab yang ada di dekat tempat saya kuliah. Kaget
juga saya begitu memasuki tempat jilbab segi empat (bukan jilbab instan/bergo),
banyak sekali jilbab saringan tahu terpajang di sana. Beuh, saya
jadi kehilangan fokus. Mau langsung keluar gak enak juga, soalnya baru masuk.
Akhirnya saya memilih membelikan ibu dan tante saya jilbab instan yang modelnya
belum beliau punya, alhamdulillah.
Di rak-rak
tersebut ada banyak macam model jilbab saringan tahu. Ada yang polos tanpa
hiasan apa pun, ada yang pakai renda atau manik-manik, ada yang berhias
bordiran, ada juga yang model tumpuk. Tapi bahannya sejenis, ada yang tipis ada
yang lebih, bahkan sangat tipis, sama-sama bisa digunakan untuk saringan tahu
mungkin. Jika dipakai ya menerawang.
Ada beberapa
kawan saya yang sudah mengerti syarat berhijab syar’i, kalau pakai jilbab saringan
tahu ia memakai dua jilbab sekaligus supaya tidak menerawang. Biasanya bagian
dalam agak tebal. Masalahnya kan ga semua muslimah berpikiran untuk melapisi
bagian dalam jilbab saringan tahu dengan jilbab yag lebih tebal. Fenomena
jilbab saringan tahu ini banyak banget kita temui di jalan.
Menurut kawan
saya, jilbab saringan tahu memang lebih ‘nurut’, lemas, dan adem. Harganya juga
lebih murah dari jilbab yang tebal. Warna, model, dan hiasannya lebih variatif,
jadi mudah dipadupadankan dengan pakaian yang digunakan. Hmm...!
“Dan hendaklah kamu tetap berada di rumahmu, dan janganlah kalian berhias
dan bertingkah laku seperti model berhias dan bertingkah lakunya orang-orang
jahiliyah dahulu”(Qs Al-Ahzab 33).
...jahiliyah
dahulu adalah kekafiran sebelum jaman Nabi Muhammad SAW. Jahiliyah sekarang
adalah kemaksiatan setelah datangnya Islam...
Dalam
keterangan catatan kaki, ‘jahiliyah dahulu’ adalah bentuk kekafiran sebelum
jaman Nabi Muhammad SAW, sedangkan ‘jahiliyah sekarang’ adalah bentuk
kemaksiatan setelah datangnya Islam. Atau dalam salah satu artikel yang saya
baca, maksud dari ayat tersebut adalah bertabarruj ala jahiliyah. Bukankah
Islam telah memberikan batasan hijab yang cukup jelas? Bukankah Islam
menganjurkan para wanita untuk tidak bertabarruj?
Saat ini, banak
muslimah yang memakai jilbab dengan melilitkan jilbab di leher mereka, tidak
mengulurkannya seperti yang terdapat dalam An-Nur ayat 31 maupun Al-Ahzab ayat
59.
…Biarlah
kain saringan tahu menjadi saringan tahu, jangan kita rampas haknya dan
menjadikannya penutup kepala...
Ramadhan adalah
merupakan momen yang tepat untuk melakukan perbaikan diri. Sebagai muslimah
sudah semestinya kita mulai memperbaiki cara berpakaian kita. Biarlah kain
saringan tahu menjadi saringan tahu, jangan kita rampas haknya dan
menjadikannya penutup kepala.
Allah SWT
berfirman dalam surat An-Nur 34:
“Dan sungguh, Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
“Dan sungguh, Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
Oleh: Dian Utami [twitter: @dynv]
Komentar
Posting Komentar