Remaja 76 - Mengenangmu Yaa Rasulullah
Yaa
Rasulullah, selalu saja menyisakan syahdu dan biru di hati. Why? Itu karena
rasa rindu yang membuncah terhadap sosok muliamu. Rasa yang wajar hadir di hati
setiap insan yang mengetahui kisah hidupmu dan mengenal sepak terjang
perjuanganmu. Karena bila tidak, bagaimana rasa rindu itu akan muncul bila diri
tak pernah merasa kenal apalagi dekat terhadap pribadi agungmu itu?
Jarak hidup
denganmu yaa Rasulullah, terbentang ribuan tahun lamanya. Tapi serasa engkau
ada di sini, di hati ini sangat dekat dengan diri. How come? Itu karena kami
berusaha meneladani akhlakmu dan mengikuti jejak sunnahmu. Rasa rindu itu
muncul adalah buah dari rasa sebelumnya yang telah ada yaitu cinta. Tanpa cinta
tak mungkin seseorang merasa rindu. Dan rasa inilah yang menjadi pendorong bagi
diri untuk mengikuti apa yang menjadi kegemaranmu sekaligus menjauhi apa yang
kau benci.
Rasulullah,
nabi terakhir sepanjang zaman. Mulia akhlakmu menyisakan cerita indah ketika
seorang anak yatim yang menangis di pinggir jalan kau angkat menjadi anak.
Kaulah sosok ayah yang sangat mencintai anak-anaknya dan seorang kakek yang
sangat sayang pada cucu-cucunya. Satu hal lagi, pribadi suami yang sangat baik
memperlakukan para istri-istrinya. Sungguh, teladan yang tak kan pernah habis
tinta menuliskan kemuliaanmu.
Sebagai seorang
pemimpin dan nabi, kau pun tak pernah mementingkan diri sendiri. Bahkan di
akhir hayat, kaumasih saja memikirkan umatmu. “Ummati, ummati,” umatku, umatku.
Ya…umat selalu ada dalam prioritas hidupmu. Bukan kematian yang ditakutkan,
bukan pula sanak keluarga yang dipedulikan, tapi umat yang kau khawatirkan
sepeninggal engkau menghadap-Nya.
....Mengenangmu
yaa Rasulullah, adalah momen mengenang kemuliaan. Saat indah mengenang manisnya
perjuangan, mengecap harumnya darah kesyahidan....
Mengenangmu yaa
Rasulullah, adalah momen mengenang kemuliaan. Saat indah mengenang manisnya
perjuangan, mengecap harumnya darah kesyahidan. Mulia ketika dunia adalah
ibadah dalam segenap aspeknya, dan akhirat adalah tujuan sebenarnya dari
perjalanan panjang bernama kehidupan. Mulia dengan kehormatan sebagai seorang
muslim terjaga dan terhindar dari pemimpin zalim dan durjana.
Merindumu yaa
Rasulullah, telah menyatu bersama pembuluh darah demi mengalirkan nutrisi
kemuliaan dan kesyahidan sebagai tapak yang harus dilewati. Engkau sajalah
suri-teladan yang tak kan pernah lekang dimakan zaman. Rindu sungguh penuh
harap dapat bersua denganmu dan kau akui sebagai salah satu umatmu. Rasa rindu
itu seringkali datang bersama dengan rasa takut, khawatir tak bisa berkumpul
denganmu di jannah kelak.
Mengingat diri
berlumur dosa, terasa kecil hati mempunyai mimpi bertemu dengan sosok indahmu
itu. Tapi bukankah telah kau rumuskan sendiri bahwa seseorang itu bersama
dengan yang dicintainya di akhirat kelak. Dan sungguh, saksikanlah bahwa hati
ini begitu cinta denganmu. Bukan hati ini saja yang berikrar atas nama cinta,
tapi perbuatan dan tingkah laku kami juga berupaya meneladani dirimu. Meskipun
tertatih, kami tak pernah jemu untuk terus bangkit dan meniti jalan yang pernah
engkau tempuh sebelumnya. Jalan kemuliaan dalam kehidupan, dan kesyahidan dalam
menjemput ajal.
Sungguh yaa
Rasulullah, kami mengenangmu dengan segenap cinta dan ketaatan.
Ria
Komentar
Posting Komentar