Insya Allah, In Shaa Allah, In Syaa Allah atau ....?

Kira-kira sejak dua bulan terakhir, berkali-kali saya mendapat banyak pertanyaan mengenai cara penulisan yang benar untuk kata إِنْ شَاءَ اللَّهُ .

Bermula dari pic seorang Syaikh dalam bahasa Inggris yg menyatakan bahwa penulisan yang benar adalah "In Shaa Allah", bukan "Insha Allah" karena "Insha Allah" berarti "Create Allah".


Apakah itu benar?
Jawab saya: Benar sekali :)


Beliau merujuk kepada penulisan dalam bahasa Arab
إِنْ شَاءَ اللَّهُ yang WAJIB di tulis terpisah antara huruf nun & syin nya.



Arti harfiahnya sbb:
إِنْ (in/jika)
شَاءَ (syaa-a/menghendaki)
الله (Allahu/Allah)
Jika Allah menghendaki.

Sedangkan kata
إِنْشَاء (dgn nun & syin menyambung) berarti: membuat.


Lalu apakah yang menulis dengan "Insha Allah" atau "Insya Allah" lantas berdosa? Saya yakini tidak karena ia sama sekali tidak berNIAT mengatakan "create Allah". Penulisan tsb juga sudah sangat umum dlm masyarakat kita & tdk ada seorangpun yg memahami maknanya sbg "create Allah" kan? ;)

Satu hal yang sangat perlu kita perhatikan di sini: Bahasa pengantar Syaikh tsb adalah bahasa Inggris. Ini terkait dgn transliterasi bahasa Arab ke bahasa2 lain yg memiliki beberapa perbedaan. Dua huruf "sh" dalam literasi bhs Indonesia digunakan u/ huruf shad (
ص), bukan syin (ش). Sementara dalam transliterasi Arab-Inggris berlaku, huruf "sh" adalah untuk huruf syin (ش), sedangkan huruf shad (ص) menggunakan "s" dengan titik di bawahnya.


Jadi kesimpulannya :):

Pic/info yg beredar tsb adalah benar, bukan hoax, dan merupakan ijtihad Syekh tsb yg patut kita hargai.

Penulisan "insyaAllah" dalam literasi selain Arab sah2 saja ditulis dalam bbrp susunan, selama penulisan tsb sudah umum & sang penulis meniatkan makna "Jika Allah menghendaki", bukan makna lain :).

WAJIB memisahkan huruf nun & syin jika dituliskan dalam huruf Arab: إِنْ شَاءَ اللَّهُ (hayoo dicek autotext masing2 :)).

Hal2 semacam ini sbaiknya tdk usah jadi perdebatan apalagi permusuhan. Mengutip perkataan seorang ulama: Jauhi perdebatan yg tidak menghasilkan amal nyata.

Jadi daripada sia2, sangat baik jika kita menjadikan kata
إِنْ شَاءَ اللَّهُ sebagai bentuk tawakkal kita terhadap apa yg sudah kita rencanakan (Al-Kahfi: 23-24). Bukan sbg perdebatan, apalagi sebagai bentuk "ingkar janji" terselubung. Na'udzubillah :)


FATHIMAH SYAUQI  

Komentar