Cintaku seperti ilmu tajwid . .


saat pertama kali berjumpa denganmu.
Aku bagaikan berjumpa dg saktah,
Aku hanya bisa terpana dg menahan nafas sebentar.
Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati di antara idgham bilagunnah,
Terlihat, tapi dianggap tak ada.
Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti idzhar, jelas dan terang.
Jika mim mati bertemu ba' di sebut ikhfa syafawi,
Maka jika aku bertemu dirimu itu disebut cinta  
sejenak pandangan kita bertemu,
Lalu tiba tiba semua itu seperti idgham mutamaatsilain, melebur jadi satu.
Cintaku padamu seperti mad wajib muttasil, paling panjang diantaraa yg lainnya...
Setelah cintaku kau terima
Hatiku rasanya seperti qalalah kubro.
Terpantul pantul dg keras.
Dan akhirnya setelah kita bersama cinta kita seperti iqlab,
Ditandai dg dua hati yg menyatu..
Sayangku padamu seperti mad thobi'i dlm al quran, buanyaak beneeeer.
Semoga hubungan kita seperti idgham bila gunnah ya. Cuma lam dan ro'
layaknya wakaf mu'annaqah,
Engkau hanya boleh berhenti disalah satunya. Dia atau aku.
Meski perhatianku ga’ terlihat seperti alif lam syamsyiah,
Cintaku padamu seperti alif lam qomariyah, terbaca jelas.
Aku harap cinta kita seperti waqaf lazim.
Terhenti sempurna di akhir hayat.
Sama halnya dg mad 'aridh akan berhenti..
Seperti itulah pandnganku ketika melihatmu.
Semoga aku jadi yang terakhir untuk mu seperti mad arid lisukun..
-        Cecilia  - 



Komentar